Apa yang terlintas di benak Teman Baca ketika mendengar kata “perubahan”? Mungkin jawaban paling sederhana adalah keadaan yang berubah, di mana keadaan sekarang tidak sama dengan keadaan sebelumnya. dan keadaan yang akan datang. Dengan jawaban tersebut, Teman Baca dapat memahami bahwa perubahan memiliki dampak yang luar biasa bagi manusia.
Manusia terus berkembang, dari masa ke masa. Mari kita mundur ke belakang dan melihat kehidupan zaman dahulu. Dahulu, manusia tinggal secara nomaden atau berpindah-pindah. Tetapi kini, manusia tinggal dengan menetap di suatu tempat. Dahulu, manusia harus berburu dan meramu untuk memenuhi makanan sehari-hari. Kini tak perlu berburu lagi karena manusia sudah memiliki hewan ternak dan memiliki kemampuan bercocoktanam, selain itu sumber makanan sudah tersedia di pusat-pusat penyedia makanan seperti pasar.
Lantas, bagaimana dengan kehidupan sosialnya? Apakah juga mengalami perubahan? Jawabannya, iya. Ada perubahan. Mari kita lihat dari cara berkomunikasi. Dahulu untuk memberi kabar kepada tetangga, saudara, dan teman, manusia harus mengunjungi rumahnya, harus bertemu langsung meskipun tempat tinggalnya jauh sekali. Sekarang, meski rumah hanya berjarak selemparan nafas, manusia lebih memanfaatkan teknologi. Cukup dengan melalui aplikasi, pesan atau kabar sudah tersampaikan kepada penerima pesan (tetangga, saudara, teman, maupun rekan kerja).
Perkembangan teknologi juga memengaruhi perilaku manusia secara drastis. Sayangnya, tidak semua siap menerima perubahan dan perkembangan. Bagi yang siap dengan perubahan, ia akan menjalani hidup dengan lebih mudah, bahkan bisa membuka peluang untuk berkembang lebih baik. Misalnya, banyak perusahaan rintisan (startup) yang hadir di tengah-tengah masyarakat dan kehadirannya menyuguhkan kemudahan. Namun bagi yang belum siap, akan kelabakan sendiri. Mari kita ambil contoh yang belum lama ini sempat “heboh”, yaitu transaksi produk via COD (Cash on Delivery) atau bayar di tempat. Masalahnya cukup sederhana, yaitu akibat ketidaktahuan pembeli menggunakan fitur COD, alhasil pembeli tersebut marah-marah kepada kepada kurirnya, bukan kepada pedagang/penjual produk.
Perubahan pun dapat kita lihat dalam ranah kehidupan sosial. Teman Baca masih ingat dengan slogan Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang? Slogan yang diciptakan oleh grup lawak legendaris Warkop DKI ini, bisa dibilang relate dengan keadaan sekarang. Dahulu manusia masih bisa melucu dengan sepuasnya, meski ada unsur meledek-mengejek di dalamnya. Namun, keadaan sudah berubah. Manusia sudah tidak bisa seenaknya melucu. Ini karena faktor ketersinggungan. Meskipun bersifat subjektif, tetapi ketersinggungan banyak dijadikan alasan untuk menjadi marah. Entah itu disebabkan ketidaksukaan dengan figurnya atau bahan lawakannya, tidak ada yang tahu. Maka jangan salah jika beberapa komedian tersandung kasus dan berurusan dengan hukum, apalagi jika berurusan dengan politisi. Dan, terlahirlah kutipan terkenal dari Bintang Emon yaitu Hukumnya Dibecandain, Komedinya Dibaperin.
Perubahan perilaku dan kehidupan sosial tidak hanya berhenti pada transaksi jual-beli dan dunia komedia saja, namun juga dari segi kesehatan. Sejak adanya virus COVID-19, kehidupan manusia berubah drastis. Dahulu tidak semua orang menggunakan masker, baik untuk ke kantor atau hanya sekadar nongkrong. Namun semenjak ada virus COVID-19, semua orang diwajibkan untuk menggunakan masker. Dahulu berjabat tangan adalah sebuah hal yang biasa dilakukan, kini tidak semua orang mau berjabat tangan, alasannya demi mencegah penyebaran virus COVID-19.
Berkaca dari ketiga hal yang telah disampaikan di atas, kita semakin yakin bahwa adanya perubahan akan diiringi dengan perubahan perilaku dan kehidupan sosial. Dan, harus dilihat juga bahwa di dalam perubahan perilaku dan kehidupan sosial, ada yang positif dan negatif. Maka untuk menghadapi perubahan ini, setidaknya dibutuhkan tiga aspek yaitu kecerdasan, kecermatan, dan kemampuan beradaptasi. Cerdas berarti mampu berdiri sendiri dan tahu hal apa yang akan dilakukan. Salah satu yang dapat dilakukan adalahdengan banyak membaca. Sedangkan kecermatan menuntut kita untuk jeli melihat peluang dan menjadikannya keuntungan. Cara ini dapat dilakukan dengan bersosialisasi dengan orang banyak. Terakhir yaitu beradaptasi-menyesuaikan dengan perubahan. Nikmati perubahan yang ada, bukan malah menjauhinya. Jika hari ini ada virus COVID-19, maka cara paling efektif untuk menghindarinya ya menggunakan masker.
Sekali lagi, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, itu pasti akan terjadi. Oleh karena itu, kesiapan dan kesigapan kita diuji dengan adanya perubahan. Jika berhasil melaluinya, kita akan menjadi manusia yang berkemajuan, namun jika gagal kita tidak akan ke mana-mana. “Berubahlah untuk tumbuh. Jika kita tidak berubah, kita tidak tumbuh. Jika kita tidak tumbuh, kita tidak benar-benar hidup.” – Gail Sheehy.